OBESITAS
LAPORAN PRAKTIKUM
OBESITAS
KASUS 1
Pasien wanita usia
25 tahun mendatangi klinik gizi rawat jalan dengan keluhan badan mudah lelah,
nafas tersenggal-senggal, dan merasa lingkar perutnya mulai buncit. Pasien
bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan 3.000.000,00 per bulan. Kegiatan
sehari-hari pasien berangkat pagi dan pulang malam, diantara itu pasien lebih
banyak duduk. Pasien tidak pernah olahraga, tetapi menyatakan keinginannya
untuk olahraga. Tidak ada riwayat penyakit.
Hasil diagnose
dokter adalah pasien menderita Obesitas, dengan hasil laboratorium sbb:
Parameter
|
Hasil Laboratorium
|
Total kolesterol
TG
LDL
HDL
|
190
110
98
51
|
Pola makan pasien
adalah 3 kali sehari dan sering jajan. Jajanan yang disukai adalah bakso, mie
ayam, mie instan, dan es krim. Makanan yang dikonsumsi adalah nasi, ikan,
telur, jarang makan buah dan sayur. Hasil recall pasien adalah E 110%, P 115%,
L 90%, dan KH 120%.
Berat badan pasien
saat ini adalah 60 kg dengan TB 150 cm. Tekanan darah pasien 130/90, nadi 70,
respirasi 25, dengan suhu 37°C. pasien sudah kesulitan BAB sejak 3 hari yang
lalu.
Tentukan
penatalaksanaan diet pasien tersebut!
LAPORAN KASUS
BAGIAN 1.
ASSESMEN
A. ANAMNESIS
1.
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Nn. X
|
No RM : -
|
Umur : 25 tahun
|
Ruang : -
|
Sex :
Perempuan
|
TglMasuk : 8 Januari 2016
|
Pekerjaan : Wiraswasta
|
TglKasus : 8 Januari 2016
|
Pendidikan : -
|
Alamat : -
|
Agama : -
|
Diagnosis medis : Obesitas
|
2.
Berkaitan
dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
|
Badan mudah lelah, nafas tersenggal-senggal, dan merasa lingkar perutnya
mulai buncit
|
Riwayat Penyakit
Sekarang
|
3 HSMRS kesulitan BAB
|
Riwayat Penyakit
Dahulu
|
-
|
Riwayat Penyakit
Keluarga
|
-
|
3.
Berkaitan
Dengan Riwayat Gizi
Data
Sosioekonomi
|
Penghasilan : Rp.
3.000.000 (Menengah ke atas)
|
Jumlah anggota keluarga : -
|
|
Suku : -
|
|
Aktifitas fisik
|
Jumlah jam kerja :
- Jumlah jam tidur sehari
: -
Jenis olahraga :
-
Frekuensi : -
|
Alergi makanan
|
Makanan . :
-
penyebab : -
Jenis diet
khusus : - Alasan : -
Yang Menganjurkan : -
|
Masalah gastrointestinal
|
Nyeriuluhati
(ya/tidak
), Mual (ya/tidak ), Muntah (ya/tidak), Diare (ya/tidak),
Konstipasi (ya/tidak
), Anoreksia (ya/tidak ) Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak )
|
Penyakit kronik
|
Jenis penyakit : -
Modifikasi diet : -
Jenis dan lama
pengobatan : -
|
Kesehatan mulut
|
Sulit menelan (ya/tidak),
Stomatitis (ya/tidak), Gigi lengkap (ya/tidak)
|
Pengobatan
|
Vitamin/mineral/suplemen gizi lain -:
Frekuensi dan jumlah : -
|
Perubahan berat badan
|
Bertambah/berkurang
: lamanya : - ,
disengaja /tidak (merasa
lingkar perutnya mulai buncit)
|
Mempersiapkan makanan
|
Fasilitas memasak : -
Fasilitas
menyimpan makanan :-
|
Riwayat / polamakan
|
Pola makan pasien adalah 3 kali sehari dan sering jajan.
Makanan pokok : nasi,mie
Lauk hewani : ikan, telur, bakso, ayam
Lauk nabati : -
Sayur : jarang
Buah : jarang
Minuman : es krim
|
Kesimpulan :(diagnosis
medis, sosek, aktifitas, gangguan gastrointestinal, pola makan dll)
Dihadapkan kepada px perempuan usia 25 tahun
dengan diagnosa obesitas keluhan utama Badan mudah lelah, nafas tersenggal-senggal, dan merasa lingkar perutnya
mulai buncit riwayat penyakit sekarang 3 HSMRS kesulitan BAB. Status ekonomi
pasien menengah ke atas. Masalah GI terdapat konstipasi. Pola makan px teratur
dan sering jajan.
B. ANTROPOMETRI
TB
|
Berat Badan
|
150 cm
|
60 kg
|
Kesimpulan :
IMT =
= 26,67
Jadi, status gizi px adalah obesitas 1
C.
PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Pemeriksaan
urin /darah
|
Satuan/
Nilai Normal
|
Awal Masuk RS
|
AwalKasus
|
Kolestrol
|
<200
|
190
|
190
|
TG
|
<150
|
110
|
110
|
LDL
|
<100
|
98
|
98
|
HDL
|
>50
|
51
|
51
|
Kesimpulan :
Pasien memiliki kadar Kolestrol, TG, LDL,
dan HDL normal
D. PEMERIKSAAN
FISIK
1.
Kesan Umum :
2.
Vital Sign : - Tensi :130/90 - Respirasi : 25 - Nadi : 70 - Suhu :37°C
3.
Kepala/
abdomen/extremitas : -
Kesimpulan
:
Dihadapkan px dengan
Tensi px tinggi (pre hipertensi)
E. ASUPAN ZAT GIZI.
Hasil
Recall 24 jam diet : Rumah/rumah sakit *
Tanggal: ………………….……..
Diet
RS: ……...............……………………
Implementasi
|
Energi (Kcal)
|
Protein (gr)
|
Lemak (gr)
|
KH (gr)
|
Asupan oral
|
2475
|
64,4
|
67,5
|
370,8
|
Asupan Enteral
|
||||
Infus
|
||||
Kebutuhan
|
||||
Keb AKG
|
2250
|
56
|
75
|
309
|
% Asupan
|
110%
|
115%
|
90%
|
120%
|
Kesimpulan:
Asupan
energy dan lemak px sudah mencukupi (90 – 110%). Asupan protein dan karbohidrat
px berlebih (<110%).
F.
TerapiMedis
Jenis Obat/tindakan
|
Fungsi
|
Interaksi dengan zat gizi
|
BAGIAN
2. DIAGNOSIS GIZI
Problem Gizi
1.
Domain Intake :
NI-1.3 Excessive energy intake
NI-2.2 Excessive oral intake
NI-5.5 Imbalance of nutritiens
NI-5.7.2 Excessive protein intake
NI-5.8.2 Excessive Carbohydrate intake
NI-5.8.5 Inadequate fiber intake
NI-5.10.2 Excessive mineral intake
2.
Domain Clinical :
NC-3.3 Obesity
3.
Domain Behavior :
NB-1.1 Food and Nutrition related knowledge
deficit
NB-1.4 Self Monitoring Deficit
NB-2.1 Physical Inavtivity
Kesimpulan
NI-5.5 Asupan nutrisi yang
tidak seimbang berkaitan dengan kurangnya informasi tentang makanan dibuktikan
dengan asupan zat gizi protein dan karbohidrat yang berlebih (protein 115% dan karbohidrat 120% normal à 90 – 110%)
NI-5.7.2 Asupan protein yang
berlebihan berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang makanan dan zat gizi
dibuktikan dengan persentase asupan protein 115% (normalà90 – 110 %)
NI-5.8.5 Asupan serat yang
kurang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan seputar jumlah serat yang
dibutuhkan dibuktikan dengan konstipasi
NI-5.8.2 Asupan karbohidrat
yang berlebihan berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang jumlah asupan KH
yang tepat dibuktikan dengan persentase asupan KH 120% (normal à 90 – 110%)
NI-5.10.2 kelebihan asupan mineral
(natrium tinggi) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang makanan dan
nutrisi dibuktikan dengan tensi pasien tinggi 130 /90 (prehipertensi)
NC-3.3 Obesitas yang berkaitan dengan asupan
yang berlebihan dibuktikan dengan IMT 26,67 dan
lingkar perut mulai buncit
NB-1.4 Kurangnya
memonitoring diri sendiri berkaitan dengan kurangnya pengetahuan seputar makanan dan zat
gizi yang berhubungan dengan monitoring diri dibuktikan dengan status gizi yang
obesitas
NB-2.1 Tidak adanya aktifitas fisik berkaitan dengan terbatasnya aktifitas fisik pada keseharian
dibuktikan dengan pasien banyak duduk dan tidak pernah berolahraga
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Terapi Diet
Bentuk makanan : Biasa
Cara pemberian : Oral
2.
Tujuan Diet :
-
Mencapai dan
mempertahankan status gizi normal
-
Mencapai IMT
normal
-
Mencapai WC
normal
-
Mengatasi
konstipasi
-
Mangatasi
hipertensi
-
Mengurangi
asupan energi, sehingga tercapai penurunan BB ½ - 1 kg/minggu
3.
Syarat / prinsip Diet:
-
Protein 1 – 1,5
g/KgBB/hari
-
Lemak sedang 20
– 25% (PUFA)
-
KH sesuai
kebutuhan (usahakan KH kompleks)
-
Vitamin dan
mineral sesuai kebutuhan
-
Porsi 3x makan
utama 2-3x selingan
-
Cairan cukup 8
– 10 gelas/hari
-
Natrium
-
Tinggi serat
4.
Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi
BB Ideal = 90% x 50 = 45 kg
60 kg / 45 kg = 133,33% à BB Adjusted
BB Adjusted = BB Ideal – 0,25 (BB Aktual – BB
Ideal)
BB Adjusted = 45 + (0,25 x (60 – 45)
= 45 + 3,75 = 48,75 kg
BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x 150) – (4,7x U)
= 655 + (9,6 x 48,75) + (1,8 x 150) – (4,7 x 25)
= 655 + 468 + 270 – 117,5
= 1275,5 kkal
TEE = BEE x Fa
TEE = 1275,5 x 1,55
=
1977,03 kkal
P = 1 x BB = 1 x 48,75 = 48,75 g
= 48,75 x 4 = 195 kkal
KH = Total kkal – (P + L)
= 1977,03 – (195 + 494,26)
= 1287,77 kkal
Serat = 30 g (Penuntun Diet)
Cairan = 2300 ml (AKG 25
thn)
Natrium = 1200 mg (Penuntun Diet)
Pembahasan Preskripsi Diet : Diet Rendah Kalori Rendah Garam Tinggi Serat
(Nasi RKRGTS)
5. Rencana monitoring dan evaluasi
Yang diukur
|
Pengukuran
|
Evaluasi/ target
|
|
Antropometri
|
Berat badan
|
Tiap hari
|
Normal
|
Biokimia
|
-
|
-
|
-
|
Klinik
|
Tensi darah
|
Tiap hari
|
Normal
|
Asupan zat gizi
|
Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat , serat, cairan
|
Tiap hari
|
Sesuai kebutuhan
Memenuhi min. 80%
|
6. RencanaKonsultasiGizi :
Masalah gizi :
-
Obesitas
-
Pre hipertensi
-
Konstipasi
-
Kurangnya olahraga
-
Pola hidup yang kurang baik
Tujuan :
-
Mencapai BB ideal
-
Mencegah terjadinya hipertensi
-
Mencegah terjadinya konstipasi
-
Pembiasaan pola hidup sehat dengan
aktifitas fisik yang baik (rutin olahraga)
Konseling gizi :
-
Membatasi konsumsi makanan yang
mengandung tinggi lemak dan tinggi kalori
-
Meningkatkan makanan yang mengandung
tinggi serat
-
Membatasi konsumsi makanan jajanan
-
Mengurangi makanan yang mengandung
tinggi natrium
-
Memberikan edukasi tentang pentingnya
olahraga untuk kasahatan tubuh dan menurunkan berat badan yang berlebih
PEMBAHASAN
ANAMNESIS
Obesitas merupakan kelainan kompleks pengaturan
nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh faktor biologi
spesifik. Faktor genetik sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini.
Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan
akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat mengganggu kesehatan (Limanan, 2013). Obesitas ini disebabkan karena
aktivitas fisik yang kurang, disamping masukan makanan padat energi yang
berlebihan. Obesitas pada remaja meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler
pada saat dewasa karena kaitannya dengan sindroma metabolik yang terdiri dari
resistensi insulin/hiperinsulinemi, intoleransi glukosa/diabetes melitus,
dislipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolisis, dan hipertensi (Hendra,
2016).
Prevalensi obesitas menurut Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 meningkat jika dibandingkan dengan Riskesdas 2010. Angka
obesitas pria pada 2010 sekitar 15 persen dan sekarang menjadi 20 persen. Pada
wanita persentasenya dari 26 persen menjadi 35 persen. Tingginya asupan energi
tanpa diikuti dengan pe-ningkatan aktivitas fisik akan menyebabkan tubuh
menyimpan energi ekstra sebagai lemak dan mengakibatkan kegemukan (Smolin &
Grosvenor 2010). Hal ini diduga karena pangan sumber protein hewani juga
merupakan pangan yang tinggi lemak (Bujnowski et al. 2011) dan asupan lemak
yang tinggi berhubungan dengan risiko kegemukan (Phi llips et al. 2012) hal ini
terdapat hubungan berbanding terbalik antara peningkatan berat badan wanita
dengan peningkatan asupan sayur dan buah, asupan tinggi serat dan makanan
gandum (whole grain) (Bujisse, 2009).
World Health Organization (WHO) mengeluarkan klasifikasi
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa menggunakan indeks massa tubuh
(IMT) dengan cara berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter
kuadrat. Berikut adalah pembagiannya :
Klasifikasi
|
IMT (kg/m2)
|
Underweight
|
<18,5
|
Berat badan normal
|
18,5 – 22,9
|
Overweight (beresiko)
|
23,0 – 24,9
|
Obesitas tingkat 1
|
25,0 – 29,9
|
Obesitas tingkat 2
|
>30
|
Pada kasus ini
pasien juga mengalami hipertensi. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg dalam 2 kali
pengukuran dengan jarak pemeriksaan minimal 10 menit (Setiati, 2008).
Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan Joint
National Committee (JNC) VII, 2003 adalah sebagai berikut :
Klasifikasi Tekanan Darah
|
Tekanan darah Sistolik
(mmHg)
|
Tekanan darah Diastolik
(mmHg)
|
Normal
|
<120
|
<80
|
Prehipertensi
|
120 – 139
|
80 – 89
|
Hipertensi stadium 1
|
140 – 159
|
90 – 99
|
Hipertensi stadium 2
|
> 160
|
> 100
|
Tekanan darah dalam kisaran prehipertensi
dihubungkan dengan peningkatan risiko terjadinya hipertensi dan penyakit
kardiovaskular. Prehipertensi termasuk kategori independen tekanan darah.
Menurut The Joint National Committee (JNC 7) on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, prehipertensi adalah apabila
tekanan darah sistolik 120 - 139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80 - 89 mmHg
pada usia lebih dari 18 tahun (Churniawati, 2015).
Prehipertensi pada usia muda (< 35 tahun)
berisiko terjadinya arteroskelorosis pada 20 tahun kemudian. Prehipertensi
tidak meningkatkan mortalitas, namun secara signifikan dapat meningkatkan
kematian terhadap faktor risiko lain seperti penyakit jantung.8 Penderita
prehipertensi berisiko mengalami hipertensi klinis 19% pada lebih dari empat
tahun mendatang dan penyakit kardiovaskuler di kemudian hari (Sun, 2013).
DIAGNOSIS GIZI
Pada kasus ini, dari hasil assesment/anamnesis diketahui bahwa
pasien memiliki diagnosis medis berupa obesitas disertai pre hipertensi dengan
keluhan utama berupa badan mudah lelah, nafas tersenggal-senggal, merasa
lingkar perutnya mulai buncit serta 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit mengalami
kesulitan BAB.
Obesitas merupakan keadaan abnormal atau akumulasi lemak berlebihan
yang menyebabkan timbulnya risiko terhadap kesehatan (WHO,2000). Obesitas
adalah salah satu penyakit dimana faktor gen, serta faktor lingkungan keduanya
memiliki peran yang penting dalam perkembangan obesitas, dengan asupan energi
yang tinggi merupakan faktor risiko independen dari obesitas(Beck, 2000).
Hasil
dari asesmen yang dilakukan akan menghasilkan sebuah diagnosis gizi bagi pasien.
Berikut adalah hasil diagnosis pasien Nn X dengan diagnosis medis obesitas yang
disertai dengan pre hipertensi:
4.
Domain Intake :
NI-1.3 Excessive energy intake
NI-2.2 Excessive oral intake
NI-5.5 Imbalance of nutritiens
NI-5.7.2 Excessive protein intake
NI-5.8.2 Excessive Carbohydrate intake
NI-5.8.5 Inadequate fiber intake
NI-5.10.2 Excessive mineral intake
5.
Domain Clinical :
NC-3.3 Obesity
6.
Domain Behavior :
NB-1.1 Food and Nutrition related
knowledge deficit
NB-1.4 Self Monitoring Deficit
NB-2.1 Physical Inavtivity
Kesimpulan
1. NI-5.5 Asupan
nutrisi yang tidak seimbang berkaitan dengan kurangnya informasi tentang
makanan dibuktikan dengan asupan zat gizi protein dan karbohidrat yang berlebih
(protein 115% dan karbohidrat 120% normal à 90 –
110%)
Ø
Penderita Obesitas adalah seseorang yang memiliki penumpukan
lemak bawah
kulit yang terlalu banyak yang disebabkan oleh tidak seimbangnya asupan zat
gizi dibandingkan aktifitas yang dilakukannya, dimana asupan energi lebih
banyak dibandingkan pengeluarannya. Perbandingan normal antara lemak tubuh
dengan berat badan adalah sekitar 12-35% pada wanita dan 18-23% pada pria.
Obesitas merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang
kurang sehat yang terjadi secara terus menerus. Menurut Djoko (1995) kelebihan
energi 5% selama setahun akan meningkatkan kelebihan berat badan dan
lama-kelamaan akan menjadi obesitas
2. NI-5.7.2 Asupan
protein yang berlebihan berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang makanan
dan zat gizi dibuktikan dengan persentase asupan protein 115% (normalà90 –
110 %)
Ø
Protein merupakan salah satu jenis zat gizi makro yang
sangat dibutuhkan tubuh. Kebutuhan protein berkisar antara 15-20% dari total
konsumsi energi/hari. Namun apabila asupan protein dan berbagai zat gizi makro
lainnya berlebihan, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti
obesitas, hipertensi, dsb. Kelebihan asupan protein dapat juga menyebabkan
terjadinya obesitas. Hal ini disebabkan karena asupan protein yang berlebih
dapat diubah menjadi lemak tubuh. Jika asupan protein melebihi kebutuhan tubuh,
asam amino akan melepaskan ikatan nitrogennya dan diubah melalui serangkaian
reaksi menjadi trigliserida (Linda,2008)
3. NI-5.8.5 Asupan
serat yang kurang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan seputar jumlah serat
yang dibutuhkan dibuktikan dengan konstipasi
Ø
Serat merupakan komponen dalam tanaman yang tidak dapat
dicerna oleh enzim pencernaan, secara alami terdapat dalam tanaman (sayuran,
buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan). Konstipasi dimulai dari kebiasaan
makan yang tidak sehat. Seseorang yang mengkonsumsi sedikit makanan berserat,
tinjanya akan keras, kering dan kecil-kecil. Memperbaiki intake makanan
berserat akan membantu seseorang untuk buang air besar secara normal. Serat
makanan di dalam usus, akan menyerap cairan dan mengembang seperti karet busa,
membentuk tinja menjadi besar dan lembab, sehingga lebih mudah keluar; konsumsi
dietary fiber khususnya insoluble fiber misalnya pectin akan menghasilkan feses
yang lunak. Dengan konsistensi feses yang lunak, hanya diperlukan sedikit
kontraksi otot untuk mengeluarkannya. Sebaliknya intake serat yang rendah
menyebabkan feses menjadi keras sehingga diperlukan kontraksi otot rektum yang
lebih besar untuk mengeluarkannya hal ini menyebabkan konstipasi, atau lebih
lanjut dapat menyebabkan wasir (Nainggolan Olwin dan Adimunca Cornelius,2005).
Selain itu Konsumsi serat yang cukup dapat menurunkan resiko obesitas dengan
memberikan energi yang lebih rendah, membuat rasa kenyang lebih lama, dan
menunda rasa lapar (Elanor, 2002).
4. NI-5.8.2 Asupan
karbohidrat yang berlebihan berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang
jumlah asupan KH yang tepat dibuktikan persentase asupan KH 120% (normal à 90 –
110%)
Ø
Konsumsi karbohidrat yang melebihi kebutuhan juga tidak
menguntungkan bagi tubuh. Kelebihan karbohidrat akan disimpan dalam bentuk
glikogen dan lemak. Glikogen akan disimpan di hati dan otot. Lemak akan
disimpan disekitar perut, ginjal dan bawah kulit. Oleh karena itu kelebihan
asupan karbohidrat dapat menyebabkan obesitas (Linda,2008).
5. NI-5.10.2
kelebihan asupan mineral (natrium tinggi) berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan tentang makanan dan nutrisi dibuktikan dengan tensi
pasien tinggi 130 /90 (prehipertensi)
Ø
Obesitas adalah salah satu faktor risiko hipertensi (Fauci
dkk,2008). Hal ini dapat disebabkan melalui berbagai mekanisme, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung obesitas dapat menyebabkan peningkatan
cardiac output karena makin besar massa tubuh makin banyak pula jumlah darah
yang beredar sehingga curah jantung ikut mening-kat. Sedangkan secara tidak
langsung melalui perangsangan aktivitas sistem saraf simpatis dan Renin
Angiotensin Aldosteron System (RAAS) oleh mediator-mediator seperti hormon,
sitokin, adipokin, dsb(Sheps, 2005).Selain itu, asupan makanan yang kurang baik
dengan kandungan natrium yang tinggi juga dapat menyebabkan semakin besarnya
resiko hipertensi akibat obesitas.
6. NC-3.3
Obesitas yang berkaitan dengan asupan yang berlebihan dibuktikan dengan IMT
26,67 dan lingkar perut mulai buncit
Ø
Obesitas merupakan keadaan ditemukannya kelebihan lemak
dalam tubuh, dimana konsumsi lemak yang berlebih akan mudah meningkatkan berat
badan. Kelebihan lemak tidak akan menyebabkan terjadinya oksidasi lemak
sehingga lemak tersebut lansung disimpan dalam jaringan adiposa. Penimbunan
lemak tersebut dapat terjadi di daerah perut (obesitas sentral) sehingga
meningkatkan lingkar pinggang dan diseluruh tubuh (obesitas general). Obesitas
sentral diketahui dengan pengukuran lingkar pinggang. Menurut WHO batasan
lingkar pinggang untuk obesitas sentral untuk negara Asia termasuk Indonesia
adalah untuk pria e" 90 cm dan wanita e" 80 cm (Ida dan sudihati,
2009). Obesitas berhubungan dengan pola makan, terutama bila makan makanan yang
mengandung tinggi kalori, tinggi garam, dan rendah serat. Selain itu terdapat
faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor demografi, faktor sosiokultur,
faktor biologi dan faktor perilaku.
7. NB-1.4
Kurangnya memonitoring diri sendiri berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
seputar makanan dan zat gizi yang berhubungan dengan monitoring diri dibuktikan
dengan status gizi yang obesitas
Ø
Kurangnya kontrol diri seseorang mengenai pola konsumsi
makanananya akan menimbulkan kecenderungan untuk mengkonsumsi apa yang ia
inginkan diandingkan apa yang ia butuhkan, sehingga dapat menyebabkan tingginya
asupan makanan yang kurang sehat dibandingkan makanan sehat. Terus
berlangsungnya kebiasaan ini dan menjadi pola hidup seseorang dengan tanpa
adanya perubahan prilaku dapat menyebabkan intake asupan menjadi tidak seimbang
sehingga meningkatkan resiko terjadinya obesitas
8. NB-2.1 Tidak
adanya aktifitas fisik berkaitan dengan terbatasnya aktifitas fisik pada
keseharian dibuktikan dengan pasien banyak duduk dan tidak pernah berolahraga
Ø
Keterbatasan waktu berolahraga yang ditambah dengan adanya
teknologi tinggi dapat mengurangi
aktiviats fisik seseorang sehingga membuatnya menjadi malas untuk melakukan
aktivitas fisik. Kemalasan dalam melakukan aktivitas fisik atau olahraga dan
pola makan yang tidak sesuai dengan proporsi kerja tubuh merupakan factor utama
penyebab obesitas. Kelebihan berat badan atau kegemukan (obesitas) akan sangat
memberikan peluang terganggunya berbagai kerja organ-organ fisiologis sehingga
berakibat terhadap terganggunya kesehatan seseorang. Aktivitas fisik (olahraga)
sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh.
Terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh akan dapat memperlancar semua
system yang terdapat didalam tubuh termasuk fungsi organ pencernaan. Berfungsinya
secara baik organ-organ system pencernaan akan dapat memperlancar proses
metabolisme sehingga penimbunan lemak maupun asam laktat yang berlebihan dapat
dikurangi. Dengan penimbunan lemak dan asam laktat yang sedikit maka akan dapat
mengurangi terjadinya obesitas (Muhammad, 2010).
INTERVENSI GIZI
Pada pasien diberikan terapi diet dengan bentuk makanan
biasa dan diberikan secara oral karena pasien tidak mempunyai keluhan pada
gastrointestinal dan tidak adanya kesulitan dalam mengunyah dan menelan
makanan. Makanan yang diberikan juga harus memperhatikan beraneka macam makanan
dengan adanya variasi bentuk, tekstur dan aroma yang mudah di terima dan di
cerna oleh pasien.
Diet yang diberikan kepada pasien dengan tujuan untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi normal serta mencapai IMT normal
dikarenakan pasien mengalami status gizi obesitas tipe 1 dan disebabkan
banyaknya mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat. Kemudian tujuan
selanjutnya untuk mencapai waist circumference atau lingkar pinggang yang
normal, mengatasi konstipasi, mengatasi hipertensi, mengurangi asupan energi
sehingga tercapai penurunan BB ½ - 1 kg/minggu. Tujuan diet pada pasien dalam
pencapaian lingkar pinggang yang normal adalah karena pasien mengalami lingkar
perutnya mulai buncit, kemudian mengatasi konstipasi karena pasien jarang
mengkonsumsi buah dan sayur, selanjutnya mengatasi hipertensi karena tensi yang
ditunjukkan pada pasien tinggi (130/90).
Makanan yang diberikan dengan pemberian karbohidrat
sesuai dengan kebutuhan tetapi diusahakan karbohidrat yang kompleks karena
karbohidrat kompleks lebih mudah dan cepat untuk dicerna, lemak yang diberikan
sedang diusahan untuk memberikan lemak yang tingkat kejenuhannya rendah, cairan
yang cukup (8 – 10 gelas/hari) dan tinggi serat karena pasien mengalami
konstipasi sehingga dibutuhkan cairan yang cukup dan makanan yang tinggi serat,
kemudian membatasi dalam penggunaan natrium karena pasien mengalami pre-hipertensi.
Asupan nutrisi yang baik diberikan agar dapat mencapai status gizi yang normal.
Diperlukan membatasi makanan yang mengandung tinggi karbohidrat dan kalori
sesuai dengan AKG bertujuan untuk mengatasi status gizi yang obesitas sehingga
menormal status gizi pasien.
MONITORING EVALUASI
Program monitoring
dan evaluasi berupa pemantauan selama proses penyembuhan seperti antropometri
yaitu berat badan, biokimia yaitu Hb dengan targrt normal, tanda klinis yaitu
pucat, letih, lesu, dan lemah, serta asupan gizi yaitu energi, protein, lemak,
karbohdrat harus selalu terus dilaksanakan dengan target mencapai nilai normal
disetiap point assesmennya. Peningkatan nilai menuju nilai normal dapat
dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan intervensi yang dilakukan.
Dimana indikator keberhasilan pelayanan gizi Rumah Sakit adalah terwujudnya
penentuan kebutuhan gizi, terselenggaranya evaluasi terhadap preskripsi Diet
yang diberikan sesuai perubahan keadaan klinis, status gizi dan status
laboratorium dan terwujudnya penterjemahan preskripsi Diet (Depkes RI, 2004).
Konsultasi perlu diberikan untuk mencapai BB ideal
melalui pembatasan konsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak dan tinggi
kalori. Pencegahan terjadinya hipertensi melalui Mengurangi makanan yang
mengandung tinggi natrium. Pencegahan terjadinya konstipasi melalui peningkatan
makanan yang mengandung tinggi serat, dan pembatasan makanan jajanan.
Pembiasaan pola hidup sehat dengan aktifitas fisik yang baik (rutin olahraga)
melalui pemberian edukasi tentang pentingnya olahraga untuk kasahatan tubuh dan
menurunkan berat badan yang berlebih.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
·
Obesitas disebabkan karena aktivitas
fisik yang kurang, jika obesitas dialami pada remaja dapat menyebabkan resiko penyakit kardiovaskuler pada saat dewasa karena kaitannya
dengan sindroma metabolik.
·
Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.
·
Prehipertensi pada usia muda (<
35 tahun) berisiko terjadinya arteroskelorosis pada 20 tahun kemudian.
SARAN
·
Dalam pemasakan menu untuk pasien
obesitas dan mengalami hipertensi tidak
diperbolehkan untuk memakai bumbu bungkusan ataupun kalengan karena
kandungan natrium yang tinggi
·
Dalam pemasakan beras merah sebaiknya
dibersihkan dahulu sebelum dimasak supaya bersih ketika dimasak
·
Pada diagnosa gizi sebaiknya kata
“kurangnya pengetahuan” dikurangi karena tidak semua orang yang berpengetahuan
mengamalkan ilmu yang telah diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
[Balitbangkes]
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2010.
Riset Kesehatan Dasar 2010. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
[Balitbangkes]
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Adam Muhammad Mappaompo. 2010. Obesitas dan Olahraga. Jurnal ILARA, Vol
1 ;No 2. hlm. 10 -16
Beck ME. Hubungan
dengan Penyakit-Penyakit Untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta: CV. Andi
Offset; 2000.
Buijsse B,
Feskens EJM, Schulze MB, Forouhi NG, Wareham NJ, Sharp S, Palli D, Tognon G,
Halkjaer J, & Tjønneland A et al. 2009. Fruit
and vegetable intakes and subsequent changes in body weight in European
populations: results from the project on Diet, Obesity, and Genes (DiOGenes).
Am Journal of Clinic Nutrition, 90, 202—209.
Bujnowski et
al. 2011. Longitudinal association
between animal and vegetable protein intake and obesity among adult males in
the United States: the Chicago Western Electric Study. Journal of American
Diet Association, 111(8), 1150—1155.
Churniawati,
Lia. Martini, Santi. Wahyuni, Chatarina Umbul. Prehipertensi pada Obesitas Abdominal. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015
Depkes RI. 2004. Keputusan
Mentri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes RI
Eleanor Noss Whitney, Sharon Rady
Rolfes. Understanding Nutrition Nint
Edition. USA. Wadsworth. 2002. p: 98
Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL.
Harrison’s principles of internal medicine. Ed ke-17. New York: McGraw-Hill
Companies, Ic;; 2008.
Hendra,
Christine. Manampiring, Aaltje E.
Budiarso, Fona. 2016. Factor – factor
resiko pada remaja Obesitas di Bitung. Jurnal e-Biomedik, Volume 4, No 1,
Januari – Juni 2016
Limanan, David.
Prijanti, Ani Retno. 2013. Hantaran
Sinyal Leptin dan Obesitas: Hubungannya dengan Penyakit Kardiovaskuler.
eJKI Vol. 1, No. 2, Agustus 2013
Linda Kelly De Bruyne, Katrhyn Pinna,
Ellie Whitney. Nutrition and Diet
Therapy. Principles and Practice Sevent edition. USA. Wadsworth. 2008. p:
146
Phillips et al.
2012. High dietary saturated fat intake
accentuates obesity risk associated with the fat mass and obesity–associated
gene in adults. Journal of Nutrition, 142, 824—831.
Setiati, S.
2008. Lima Puluh Masalah Kesehatan Di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam. 1th ed, Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FK UI, pp. 34-39
Sheps SG. 2005. Mayo clinic hipertensi, mengatasi tekanan darah tinggi. Intisari
Mediatama: Jakarta.
Smolin LA &
Grosvenor MB. 2010. Healthy Eating a Guide to Nutrition: Nutrition and
Weight Management, Second Edition. New York, Chelsea House Publishing.
Sun Z, Zheng L, Wei
Y, Li J, Zhang M. 2013. The prevalence of prehypertension and hypertension
among rural adults in Liaoning Province of China. Clinical Cardiology,
30 (4): 183-187.
World Health Organization. Preventing and Managing the Global Epidemic.
Geneva. 2000.
LAMPIRAN
waktu
|
menu
|
bahan makanan
|
ukuran (g)
|
Energi
|
protein
|
Lemak
|
KH
|
water
|
serat
|
natrium
|
bangun tidur
|
air putih
|
200
|
0
|
0
|
0
|
0
|
200
|
0
|
0
|
|
sarapan
|
nasi putih
|
nasi putih
|
150
|
195
|
3,6
|
0,3
|
42,9
|
0
|
0,5
|
0
|
omelet sayur
|
telur
|
45
|
69,8
|
5,7
|
4,8
|
0,5
|
0
|
0
|
55,8
|
|
wortel
|
35
|
9
|
0,3
|
0,1
|
1,7
|
31,2
|
1,3
|
21
|
||
bayam
|
35
|
13
|
1,3
|
0,1
|
2,6
|
0
|
0,2
|
3,8
|
||
b.bombay
|
50
|
14
|
0,6
|
0,1
|
2,5
|
45,5
|
0,9
|
4,5
|
||
susu
|
20
|
13,2
|
0,6
|
0,8
|
1
|
0
|
0
|
11
|
||
garam
|
0,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
77,4
|
||
minyak
|
10
|
86,2
|
0
|
10
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
air putih
|
200
|
0
|
0
|
0
|
0
|
200
|
0
|
0
|
||
selingan jam
09.00
|
mix juice
|
air kelapa
|
150
|
26,9
|
0,2
|
0,5
|
5,4
|
150
|
0,2
|
1,5
|
pepaya
|
85
|
33,1
|
0,5
|
0,1
|
8,3
|
25
|
1,5
|
2,5
|
||
nanas
|
85
|
41,6
|
0,3
|
0,3
|
10,5
|
25
|
1
|
0,9
|
||
selingan jam
11.00
|
sate buah
|
anggur
|
30
|
21,3
|
0,2
|
0,2
|
4,7
|
24,4
|
0,2
|
0,6
|
strobery
|
30
|
9,6
|
0,2
|
0,1
|
1,6
|
26,9
|
0,6
|
0,9
|
||
apel
|
30
|
17,7
|
0,1
|
0,1
|
4,6
|
25
|
0,8
|
0
|
||
melon
|
30
|
11,5
|
0,2
|
0,1
|
2,5
|
27,1
|
0,1
|
0,3
|
||
gula pasir
|
10
|
38,7
|
0
|
0
|
10
|
0
|
0
|
0,1
|
||
yoghurt
|
40
|
15,2
|
1,7
|
0
|
1,7
|
35,9
|
0
|
20
|
||
makan siang
|
nasi merah
|
beras merah
|
100
|
358
|
7,4
|
2,6
|
75,2
|
0
|
5,4
|
3
|
sup udang
macroni
|
udang
|
35
|
27,7
|
5,8
|
0,3
|
0
|
0
|
0
|
62,7
|
|
macroni
|
20
|
70,6
|
2,4
|
0,4
|
14,2
|
0
|
0,9
|
0,6
|
||
brokoli
|
20
|
4,6
|
0,6
|
0
|
0,4
|
18,1
|
0,6
|
3
|
||
wortel
|
20
|
5,2
|
0,2
|
0
|
1
|
17,9
|
0,7
|
12
|
||
kaldu ayam
|
50
|
3,9
|
0,3
|
0,2
|
0,4
|
50
|
0
|
280
|
||
minyak
|
5
|
43,1
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
garam
|
0,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
77,4
|
||
air putih
|
250
|
0
|
0
|
0
|
0
|
250
|
0
|
0
|
||
selingan
|
salad buah
|
apel
|
50
|
29,5
|
0,1
|
0,2
|
7,7
|
25
|
1,4
|
0
|
anggur
|
30
|
21,3
|
0,2
|
0,2
|
4,7
|
24,4
|
0,2
|
0,6
|
||
strobery
|
30
|
9,6
|
0,2
|
0,1
|
1,6
|
26,9
|
0,6
|
0,9
|
||
mangga
|
40
|
26
|
0,2
|
0,1
|
6,8
|
20
|
0,7
|
0,8
|
||
kiwi
|
30
|
18,3
|
0,3
|
0,2
|
3,2
|
24,2
|
1,2
|
1,2
|
||
air putih
|
250
|
0
|
0
|
0
|
0
|
250
|
0
|
0
|
||
makan malam
|
nasi putih
|
nasi putih
|
150
|
195
|
3,6
|
0,3
|
42,9
|
0
|
0,5
|
0
|
salmon
asam manis
|
salmon
|
40
|
52,3
|
7,4
|
2,5
|
0
|
29,6
|
0
|
20,4
|
|
minyak
|
10
|
86,2
|
0
|
10
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
garam
|
0,5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
193,6
|
||
tumis jamur
tofu
|
jamur
|
40
|
10,8
|
0,9
|
0,2
|
2
|
0
|
0,9
|
0,8
|
|
tahu
|
25
|
19,3
|
2
|
1,2
|
0,1
|
21,3
|
0,1
|
1,8
|
||
minyak
|
5
|
43,1
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
garam
|
0,5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
193,6
|
||
air putih
|
200
|
0
|
0
|
0
|
0
|
200
|
0
|
0
|
||
selingan
|
susu
|
tepung susu
|
30
|
139,2
|
6,5
|
5,7
|
15,5
|
0
|
0
|
96
|
gula
|
15
|
58
|
0
|
0
|
15
|
0
|
0
|
0,2
|
||
air putih
|
200
|
0
|
0
|
0
|
0
|
200
|
0
|
0
|
||
sebelum tidur
|
air putih
|
100
|
0
|
0
|
0
|
0
|
100
|
0
|
0
|
|
total
pemenuhan
|
1837,5
|
53,6
|
51,8
|
291,2
|
2073,4
|
20,5
|
1148,9
|
|||
total
kebutuhan
|
1977,03
|
48,75
|
54,92
|
321,94
|
2300
|
30
|
1.200
|
|||
presentase
|
92%
|
109%
|
94%
|
90%
|
90%
|
68%
|
95%
|
==================================================================
Analysis of the food record
==================================================================
Food Amount energy carbohydr.
______________________________________________________________________________
BREAKFAST
nasi putih kukus 150
g 195,0 kcal 42,9 g
telur ayam 45
g 69,8 kcal 0,5 g
Carrot fresh 35
g 9,0 kcal 1,7 g
bayam segar 35
g 13,0 kcal 2,6 g
Onions fresh 50
g 14,0 kcal 2,5 g
susu segar 20
g 13,2 kcal 1,0 g
garam 0,2
g 0,0 kcal 0,0 g
minyak kelapa
sawit 10
g 86,2 kcal 0,0 g
Drinking water 200
g 0,0 kcal 0,0 g
Meal
analysis: energy 400,2 kcal (23 %), carbohydrate 51,0 g (19 %)
1. BREAK
kelapa muda air 150
g 26,9 kcal 5,4 g
pepaya 85
g 33,1 kcal 8,3 g
nanas 85
g 41,6 kcal 10,5 g
Meal analysis: energy 101,6 kcal (6 %), carbohydrate 24,3 g (9 %)
1. BREAK
Grapes fresh 30
g 21,3 kcal 4,7 g
Strawberry fresh 30
g 9,6 kcal 1,6 g
Apple fresh 30
g 15,6 kcal 3,4 g
Melon fresh 30
g 11,5 kcal 2,5 g
gula pasir 10
g 38,7 kcal 10,0 g
Yoghurt skimmed 40
g 15,2 kcal 1,7 g
Meal
analysis: energy 111,8 kcal (6 %), carbohydrate 23,9 g (9 %)
LUNCH
beras merah
giling 100
g 358,0 kcal 75,2 g
udang segar 35
g 27,7 kcal 0,0 g
makaroni 20
g 70,6 kcal 14,2 g
Broccoli fresh
cooked 20
g 4,6 kcal 0,4 g
Carrot fresh 20
g 5,2 kcal 1,0 g
kaldu ayam 50
g 3,9 kcal 0,4 g
minyak kelapa
sawit 5
g 43,1 kcal 0,0 g
garam 0,2
g 0,0 kcal 0,0 g
Drinking water 250
g 0,0 kcal 0,0 g
Meal
analysis: energy 513,2 kcal (30 %), carbohydrate 91,1 g (34 %)
2. BREAK
nasi putih kukus 150
g 195,0 kcal 42,9 g
Salmon fresh 40
g 52,3 kcal 0,0 g
minyak kelapa
sawit 10
g 86,2 kcal 0,0 g
garam 0,5
g 0,0 kcal 0,0 g
jamur putih
mentah 40
g 10,8 kcal 2,0 g
tahu 25
g 19,0 kcal 0,5 g
minyak kelapa
sawit 5
g 43,1 kcal 0,0 g
garam 0,5
g 0,0 kcal 0,0 g
Drinking water 200
g 0,0 kcal 0,0 g
tepung susu 30
g 139,2 kcal 15,5 g
gula pasir 15
g 58,0 kcal 15,0 g
Drinking water 200
g 0,0 kcal 0,0 g
Meal
analysis: energy 603,7 kcal (35 %), carbohydrate 75,9 g (29 %)
IN BETWEEN
Drinking water 100
g 0,0 kcal 0,0 g
Meal
analysis: energy 0,0 kcal (0 %), carbohydrate 0,0 g (0 %)
=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 1837,5 kcal 1977,03 kcal 92 %
water 2072,4
g 2300,0
g 90 %
protein 53,6 g(12%) 48,75
g(12 %) 109 %
fat 51,8
g(26%) 54,92
g(< 30 %) 94 %
carbohydr. 291,2
g(62%) 321,94
g(> 55 %) 90 %
dietary fiber 20,5
g 30,0
g 68 %
alcohol 0,0
g - -
PUFA 4,7
g - -
cholesterol 270,1 mg - -
Vit. A 2964,8 µg - -
carotene 4,5 mg - -
Vit. E (eq.) 6,9 mg - -
Vit. B1 0,9 mg - -
Vit. B2 1,1 mg - -
Vit. B6 1,7 mg - -
tot. fol.acid 195,8 µg - -
Vit. C 137,2 mg - -
sodium 1148,9 mg 1200,0 mg 96 %
potassium 2188,3 mg - -
calcium 726,9 mg - -
magnesium 356,0 mg - -
phosphorus 1047,4 mg - -
iron 12,9 mg - -
zinc 8,5 mg - -
0 komentar: