Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

Analisa Kadar Protein

0 komentar

Protein

          Terdiri dari asam amino yang diikat oleh rantai peptida
          Mempunyai berat molekul bervariasi à 5000-jutaan dalton
          Diklasifikasikan berdasarkan :
          Komposisi
          Struktur
          Fungsi biologis
          Kelarutan protein
          Denaturasi à pemutusan ikatan peptida à mempengaruhi sifat kelarutan protein
          Nitrogen adalah unsur utama protein
          Namun kandungannya bervariasi dalam makanan (13,4-19,1%) à karena komposisi asam amino spesifik dari protein
Analisa Protein penting untuk :
          Label Gizi
          Mengetahui sifat fungsional protein à pengolahan makanan
          Menentukan aktivitas biologisnya à enzim proteolitik untuk mengempukkan daging, pektinase untuk mematangkan buah
ANALISA PROTEIN untuk mengetahui : 
          Kandungan protein total
          Kandungan protein dalam campuran
          Kandungan protein selama isolasi dan purifikasi
          Nitrogen non protein
          Komposisi asam amino
          Nilai Gizi protein
Analisa Protein :
          Kjeldahl
          Dumas
          Infrared Spectroscopy
          Biuret
          Lowry
          Bradford dye-binding
          Metode Turbidimetri atau kekeruhan
          Metode Pengecatan
          Penentuan protein dengan titrasi formol
v  Metoda Kjeldal :
          Metode peneraan empiris
          Kelemahan metode Kjeldal :
        Senyawa bukan protein ada yang mengandung N, walaupun jumlah nya lebih sedikit dari protein
          Jumlah protein dengan cara ini à jumlah protein kasar (crude protein)
Tahap analisa metode Kjeldal :
1.       Destruksi
2.       Destilasi
3.       Titrasi
Tahap Destruksi (digestion) :
          Sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Nitrogen à (NH4)2SO4
          Biasanya ditambah katalisator untuk mempercepat reaksi, berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1) atau K2SO4 dan CuSO4
Tahap Destilasi
          Ammonin sulfat (NH4)2SO4 dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan alkalis dan dipanaskan.
          Ammonia yang lepas ditangkap oleh larutan asam standar (asam klorida/ asam borat 4%)
Titrasi
          Anion borat dititrasi dengan HCL terstandarisasi
          Terjadi konversi membentuk Nitrogen
KEUNTUNGAN :
          Dapat diaplikasikan pada semua jenis makanan
          Tidak mahal (jika tidak meggunakan autosistem)
          Akurat untuk protein kasar
          Dapat dimodifikasi untuk mengukur jumlah kecil protein
KELEMAHAN :
          Mengukur total N organik, termasuk N yang bukan protein
          Memakan waktu (2 jam)
          Ketelitian rendah dibanding biuret methode
          Reagen bersifat korosif

v  DUMAS
ü  Telah dimodifikasi dan automatis untuk memperbaiki akurasi
ü  Alternatif dari kjeldahl dan dapat digunakan untuk semua jenis makanan
PRINSIP :
          Protein dibakar dengan suhu tinggi (700-1000 C)sehingga dibebaskan nitrogen
          Protein dihitung dengan cara mengalikan  dengan faktor konversi
PROSEDUR :
          Sampel (100-500 mg) dimasukkan dalam tabung kapsul kemudian dibakar dalam reaktor automatis
          N bebas diukur dengan GC
Keuntungan  :
          Bahan kimia tidak berbahaya
          Dapat diselesaikan dalam 3 menit
          Alat terbaru dapat menganalisa 150 sampel
Kelemahan :
          Alat mahal
          Mengukur total N organik, termasuk N yang bukan protein

v  Metode Lowry
ü  Konsentrasi protein diukur pada panjang gelombang 600 nm
ü  Protein standar : Albumin serum darah sapi, BSA
ü  Perlu membuat kurva standard
KEUNTUNGAN :
          Sangat sensitif
        50-100x lebih sensitif dari metoda biuret
        10-20 x lebih sensitif dari UV absorption methode
        Sama dengan Nesslerization (prosedur alternatif)
          Kurang dipengaruhi oleh turbiditas sampel
          Lebih spesifik
          Sederhana dapat dilakukan 1-1.5 jam
KELEMAHAN :
          Warna bervariasi pada protein yang berbeda
          Warna tidak terbatas pada konsentrasi proteinàsenyawa fenol dapat membentuk warna biru sehingga dapat mengganggu hasil penetapan.
          Reaksi dapat dipengaruhi oleh à sukrosa, lipid, buffer phosphat, monosakarida,heksoamin

v  Metode Biuret
Prinsip : ikatan peptida protein membentuk komplek berwarna ungu dengan garam Cu pada kondisi basa.
          Warna yang terbentuk sering tidak identik à perlu distandarisasi dengan protein yang sudah diketahui
KEUNTUNGAN :
          Murah 
          Cepat  (30 menit)
          Penyimpangan warna jarang ditemukan dibandingkan metode lain (lowry, Uvabsorption, turbidimetri)
          Sangat sedikit substansi lain yang terdeteksi
          N dari non peptida dan non protein tidak terdeteksi
KELEMAHAN :
          Kurang sensitif dibanding Lowry
          Penyerapan warna dapat dipengaruhi oleh pigmen jika ada
          Konsentrasi tinggi dari garam ammonium menimbulkan reaksi
          Variasi warna pada protein yang berbeda
          Bukan metode absolut perlu standarisasi warna
          Penyimpangan warna dapat terjadi di larutan akhir jika tingginya lemak atau KH

v  Infrared Spectroscopy
·         Mengukur penyerapan radiasi oleh molekul dalam makanan atau substansi lain
·         Perbedaan komponen à perbedaan frekuensi penyerapan
·         Karakteristik dari ikatan peptida dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan protein dalam bahan.
·         Digunakan untuk menentukan kandungan protein susu
·         Juga dapat digunakan untuk padi, sereal, daging dan produk susu.
·         Alat mahal dan harus dikalibrasi dengan tepat, namun cepat (30 detik sampai 2 menit)

Perbandingan metode :
          Kjeldahl, Dumas dan Infrared Spec à memerlukan sedikit preparasi.  ukuran partikel £20 mesh sudah cukup. Sedangkan metode lain memerlukan preparasi lebih banyak.
          Kjeldahl dan Dumas à mengukur jumlah total N, sedangkan metode lain mengukur sifat-sifat protein
          Biuret à mengukur kombinasi ikatan peptida
          Lowry à mengukur kombinasi ikatan peptida dan asam amino triptofan dan tirosin
          Infrared Spec à metode tidak langsung untuk memperkirakan kandungan protein berdasarkan enerdi yang terserap, ketika sample ditujukan pada panjang gelombang dari radiasi infrared.
          Kjeldahl, Dumas dan Biuret lebih rendah sensitivitasnya dibanding Lowry, Bradford
          Infrared Spec paling cepat.
          Dumas lebih cepat dibanding Kjeldahl
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan analisa :
          Sifat fisikokimia bahan
          Metode proses pengolahan makanan à pemanasan dapat menurunkan daya ektrak protein untuk analisa dan menyebabkan underestimate
          Semua methode kecuali Dumas dan Kjeldahl memerlukan standard (protein refrence), sehingga pemilihan standard yang sesuai menjadi penting.
          N non protein dapat diatasi dengan ektraksi sampel di bawah kondisi alkalin kemudian diendapkan dengan tricloroacetic acid atau sulfosalycilyc acid. Pemanasan dapat digunakan untuk membantu pengendapan dengan alkohol,asam atau pelarut organik lain.
          Dalam penentuan nilai gizi protein (protein digestibility atau PER) metode kjeldahl dengan faktor konversi 6,25 dapat digunakan untuk menentukan kandungan protein kasar.
Kualitas Nilai Gizi Protein :
          Kualitas Nilai Gizi Protein ditentukan oleh komposisi AA dan digestibility (daya cerna) protein.
          Antinutrisi dapat mempengaruhi Kualitas Nilai Gizi Protein ex. Tripsin inhibitor
          Beberapa metode uji mutu protein menggunakan  informasi tentang AA essensial dalam makanan
          AA essensial à tidak dapat disintesis tubuh sehingga harus ada dalam diet.
Penentuan Kualitas Protein :
          Protein digestibility-Koreksi Skor Asam Amino
        Menentukan komposisi AA dalam makanan
        Menghitung skor asam amino (mg AA dalam 1 g protein/mg AA dalam 1 g reference protein).
        In vivo à tikus jantan dengan diet standard + 10 % protein atau tanpa protein. Kemudian dihitung True Digestibility
        True digestibility à N yang terserap (N makanan-N feses)/N yang masuk.
        PDCAAS à Skor AA x %true digestibility
        Untuk nutritional labeling (50 g = Daily value for protein à (g protein/serving x PDCAAS value)/50 g protein.

          PER (protein efficiency ratio)
        menguji kualitas protein secara in vivo dengan mengukur pertumbuhan (berat badan) tikus per gram protein yang dikonsumsi
        Menentukan kandungan N sampel kemudian menghitung kandungan proteinnya
        Membuat diet standard +10 % protein dan diet standard +10% casein sebagai kontrol
        Memberi makan dan air minum selama 28 hari secara ad libitum (bebas).
        Catat berat badan tikus awal dan setiap 7 hari sekali sampai hari ke 28
        Catat makanan yang terkonsumsi selama 28 hari.
        Hitung PER menggunakan rata-rata berat badan dan total rata-rata konsumsi.
        Hitung faktor koreksi  à PER protein uji/ PER casein kontrol





0 komentar: