Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENYEDIAAN OBAT TERHADAP PEMBERIAN VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ISAK KECAMATAN LINGE KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2012

0 komentar

Vitamin K merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah. Cadangan vitamin K pada bayi baru lahir yang rendah menyebabkan sedikitnya transfer vitamin K dari ibu melalui plasenta serta tidak mampu mensintesa vitamin K pada bayi. Oleh karena itu perlu diberikan vitamin K secara injeksi atau oral pada bayi baru lahir untuk mencegah terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir (Ayu, 2011).
Perdarahan akibat kekurangan vitamin K pada bayi baru lahir dapat terjadi spontan atau akibat trauma atau benturan, gesekan terutama trauma ketika anak lahir. Perdarahan dapat terjadi pada beberapa bagian tubuh bayi seperti pada beberapa bagian tubuh bayi seperti pada otak, kuliat, mata, tali pusat, hidung, telinga dan saluran pernapasan. Perdarahan dalam otak dengan manisfestasi sakit kepala (bayi menangis terus menerus), muntah, ubun-ubun menonjol, pucat hingga kejang. Perdarahan otak sering bermasalah serius karena dapat menyebabkan kematia atau kecacatan pada bayi 2 minggu sampai 6 bulan. 
Di Indonesia pemberian Vitamin K pada bayi baru lahir sudah dilakukan, namun belum ada laporan resmi secara regional maupun nasional. Pemberian vitamin K ini merupakan suatu standar pelayanan yang harus diberikan kepada semua bayi baru lahir atau hanya diberikan kepada bayi yang memiliki resiko saja (bayi dengan berat lahir rendah, bayi lahir dengan tindakan taumatis, bayi dengan ibu mengkonsumsi obat anti koagulan dan obat anti konsulsan (Wijaya, 2010).
Hubungan Pengetahuan Bidan Terhadap Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Menurut asumsi peneliti, bidan dengan pengetahuan baik maka pemberian vitamin K dilakukan dengan sesuai standar pelayanan bayi baru lahir. Karena vitamin K merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah dan penting dalam proses pembekuan darah. Kekurangan vitamin K dapat memperpanjang proses pembekuan darah pada kulit, selaput lender, dan organ lain dalam tubuh.
Hubungan Penyediaan Obat Vitamin K Terhadap Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Menurut admin (2010) terjadinya ketidakcukupan obat atau penyediaan stok obat yang berlebihan merupakan suatu masalah yang sering dijumpai di Puskesmas, dimana masalah tersebut bukan hanya di pengaruhi oleh faktor dana tetapi juga di pengaruhi oleh proses pengolahan obat yang meliputi perencanaan permintaan atau pengadaan dan penyediaan obat, tentu hal ini akan sangat memberatkan pasien kebanyakan yang kurang mampu terutama pada ibu yang memiliki bayi baru lahir di  daerah terpencil, hanya sebagian kecil yang mendapatkan vitamin K karena ketersediaan stok obat.

0 komentar:

Sejarah fermentasi

0 komentar
Ferfere (Bahasa Latin) artinya mendidihkan → menggambarkan saribuah anggur yang  difermentasi
Louis Pasteur : Penguraian gula menjadi alkohol dan CO2 oleh aktivitas mikroorganisme (khamir), terjadi tanpa suplai udara/oksigen
Fermentasi adalah  proses penguraian menjadi alkohol dan CO2  yang berlangsung karena adanya ekstrak khamir atau enzim-enzim yang terdapat dalam ekstrak tersebut

DEFINISI MODERN FERMENTASI
Proses peruraian senyawa-senyawa organik secara anaerobik oleh aktivitas mikroorganisme atau ekstrak dari sel-sel tersebut  Contoh : fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat
Reaksi oksidasi-reduksi di dalam sistem biologi yang menghasilkan energi, dengan senyawa-senyawa organik berperan sebagai donor dan aseptor elektron Contoh : sel yeast dapat memperoleh 2 molekul ATP per molekul glukosa bila difermentasikan menjadi etanol

 SEJARAH FERMENTASI
6000 SM, khamir telah digunakan untuk pembuatan minuman beralkohol.
4000 SM, di Mesir khamir digunakan sebagai pengembang roti.
Abad ke 14 ditemukan metode destilasi alkohol.
Di Timur Tengah dan China bakteri asam laktat telah digunakan untuk pengawetan susu.
Bakteri asam asetat ditemukan sebelum penemuan Anthony Van Leuwenhoek.
Colombus di Amerika mengembangkan fermentasi jagung.
1800-an, Carlsberg mengembangkan starter untuk inokulum bir.
1803, Thenard menemukan khamir penghasil alkohol
1857, Edward Buchner menemukan mikrobia penghasil alkohol.
1901, Rudolf Emmerich & Oscarlow menemukan antibiotik dihasilkan oleh Pseudomonas geruginosa
1918, Chaim Wismann menemukan Clostridium penghasil aseton.
1923, Pfizer menemukan Aspergillus niger penghasil asam sitrat.
1928, A. Fleming menemukan Penisilin oleh P. notatum untuk mengham bat pertumbuhan Staphylococcus aureus
Selman Waksman menemukan Streptomyces griseus, mikrobia penghasil streptomisin.
1957, Louis Pasteur menemukan khamir penghasil alkohol, fermentasi vitamin, antibiotik, asam amino dan steroid.
Tahun 1900-1920 merupakan periode penting perkembangan fermentasi gliserol, aseton, butanol dan enzim.
1960 mulai dikembangkan produksi biomassa oleh mikrobia untuk sumber protein.
Periode selanjutnya penelitian lebih ditujukan pada rekayasa genetik.

MANFAAT FERMENTASI
Pengawetan makanan
Penganekaragaman pangan
Menghambatan pertumbuhan mikroorganisme patogen
Meningkatkan nilai gizi makanan
Dalam makanan fermentasi nilai gizi dapat meningkat karena:
Mikroorganisme juga menghasilkan vitamin dan faktor-faktor tumbuh
Daya cerna makanan meningkat
Penguraian selulosa dan hemiselulosa dll yang tidak dapat dicerna oleh manusia menjadi gula-gula sederhana

0 komentar:

Analisa Kadar Protein

0 komentar

Protein

          Terdiri dari asam amino yang diikat oleh rantai peptida
          Mempunyai berat molekul bervariasi à 5000-jutaan dalton
          Diklasifikasikan berdasarkan :
          Komposisi
          Struktur
          Fungsi biologis
          Kelarutan protein
          Denaturasi à pemutusan ikatan peptida à mempengaruhi sifat kelarutan protein
          Nitrogen adalah unsur utama protein
          Namun kandungannya bervariasi dalam makanan (13,4-19,1%) à karena komposisi asam amino spesifik dari protein
Analisa Protein penting untuk :
          Label Gizi
          Mengetahui sifat fungsional protein à pengolahan makanan
          Menentukan aktivitas biologisnya à enzim proteolitik untuk mengempukkan daging, pektinase untuk mematangkan buah
ANALISA PROTEIN untuk mengetahui : 
          Kandungan protein total
          Kandungan protein dalam campuran
          Kandungan protein selama isolasi dan purifikasi
          Nitrogen non protein
          Komposisi asam amino
          Nilai Gizi protein
Analisa Protein :
          Kjeldahl
          Dumas
          Infrared Spectroscopy
          Biuret
          Lowry
          Bradford dye-binding
          Metode Turbidimetri atau kekeruhan
          Metode Pengecatan
          Penentuan protein dengan titrasi formol
v  Metoda Kjeldal :
          Metode peneraan empiris
          Kelemahan metode Kjeldal :
        Senyawa bukan protein ada yang mengandung N, walaupun jumlah nya lebih sedikit dari protein
          Jumlah protein dengan cara ini à jumlah protein kasar (crude protein)
Tahap analisa metode Kjeldal :
1.       Destruksi
2.       Destilasi
3.       Titrasi
Tahap Destruksi (digestion) :
          Sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Nitrogen à (NH4)2SO4
          Biasanya ditambah katalisator untuk mempercepat reaksi, berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1) atau K2SO4 dan CuSO4
Tahap Destilasi
          Ammonin sulfat (NH4)2SO4 dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan alkalis dan dipanaskan.
          Ammonia yang lepas ditangkap oleh larutan asam standar (asam klorida/ asam borat 4%)
Titrasi
          Anion borat dititrasi dengan HCL terstandarisasi
          Terjadi konversi membentuk Nitrogen
KEUNTUNGAN :
          Dapat diaplikasikan pada semua jenis makanan
          Tidak mahal (jika tidak meggunakan autosistem)
          Akurat untuk protein kasar
          Dapat dimodifikasi untuk mengukur jumlah kecil protein
KELEMAHAN :
          Mengukur total N organik, termasuk N yang bukan protein
          Memakan waktu (2 jam)
          Ketelitian rendah dibanding biuret methode
          Reagen bersifat korosif

v  DUMAS
ü  Telah dimodifikasi dan automatis untuk memperbaiki akurasi
ü  Alternatif dari kjeldahl dan dapat digunakan untuk semua jenis makanan
PRINSIP :
          Protein dibakar dengan suhu tinggi (700-1000 C)sehingga dibebaskan nitrogen
          Protein dihitung dengan cara mengalikan  dengan faktor konversi
PROSEDUR :
          Sampel (100-500 mg) dimasukkan dalam tabung kapsul kemudian dibakar dalam reaktor automatis
          N bebas diukur dengan GC
Keuntungan  :
          Bahan kimia tidak berbahaya
          Dapat diselesaikan dalam 3 menit
          Alat terbaru dapat menganalisa 150 sampel
Kelemahan :
          Alat mahal
          Mengukur total N organik, termasuk N yang bukan protein

v  Metode Lowry
ü  Konsentrasi protein diukur pada panjang gelombang 600 nm
ü  Protein standar : Albumin serum darah sapi, BSA
ü  Perlu membuat kurva standard
KEUNTUNGAN :
          Sangat sensitif
        50-100x lebih sensitif dari metoda biuret
        10-20 x lebih sensitif dari UV absorption methode
        Sama dengan Nesslerization (prosedur alternatif)
          Kurang dipengaruhi oleh turbiditas sampel
          Lebih spesifik
          Sederhana dapat dilakukan 1-1.5 jam
KELEMAHAN :
          Warna bervariasi pada protein yang berbeda
          Warna tidak terbatas pada konsentrasi proteinàsenyawa fenol dapat membentuk warna biru sehingga dapat mengganggu hasil penetapan.
          Reaksi dapat dipengaruhi oleh à sukrosa, lipid, buffer phosphat, monosakarida,heksoamin

v  Metode Biuret
Prinsip : ikatan peptida protein membentuk komplek berwarna ungu dengan garam Cu pada kondisi basa.
          Warna yang terbentuk sering tidak identik à perlu distandarisasi dengan protein yang sudah diketahui
KEUNTUNGAN :
          Murah 
          Cepat  (30 menit)
          Penyimpangan warna jarang ditemukan dibandingkan metode lain (lowry, Uvabsorption, turbidimetri)
          Sangat sedikit substansi lain yang terdeteksi
          N dari non peptida dan non protein tidak terdeteksi
KELEMAHAN :
          Kurang sensitif dibanding Lowry
          Penyerapan warna dapat dipengaruhi oleh pigmen jika ada
          Konsentrasi tinggi dari garam ammonium menimbulkan reaksi
          Variasi warna pada protein yang berbeda
          Bukan metode absolut perlu standarisasi warna
          Penyimpangan warna dapat terjadi di larutan akhir jika tingginya lemak atau KH

v  Infrared Spectroscopy
·         Mengukur penyerapan radiasi oleh molekul dalam makanan atau substansi lain
·         Perbedaan komponen à perbedaan frekuensi penyerapan
·         Karakteristik dari ikatan peptida dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan protein dalam bahan.
·         Digunakan untuk menentukan kandungan protein susu
·         Juga dapat digunakan untuk padi, sereal, daging dan produk susu.
·         Alat mahal dan harus dikalibrasi dengan tepat, namun cepat (30 detik sampai 2 menit)

Perbandingan metode :
          Kjeldahl, Dumas dan Infrared Spec à memerlukan sedikit preparasi.  ukuran partikel £20 mesh sudah cukup. Sedangkan metode lain memerlukan preparasi lebih banyak.
          Kjeldahl dan Dumas à mengukur jumlah total N, sedangkan metode lain mengukur sifat-sifat protein
          Biuret à mengukur kombinasi ikatan peptida
          Lowry à mengukur kombinasi ikatan peptida dan asam amino triptofan dan tirosin
          Infrared Spec à metode tidak langsung untuk memperkirakan kandungan protein berdasarkan enerdi yang terserap, ketika sample ditujukan pada panjang gelombang dari radiasi infrared.
          Kjeldahl, Dumas dan Biuret lebih rendah sensitivitasnya dibanding Lowry, Bradford
          Infrared Spec paling cepat.
          Dumas lebih cepat dibanding Kjeldahl
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan analisa :
          Sifat fisikokimia bahan
          Metode proses pengolahan makanan à pemanasan dapat menurunkan daya ektrak protein untuk analisa dan menyebabkan underestimate
          Semua methode kecuali Dumas dan Kjeldahl memerlukan standard (protein refrence), sehingga pemilihan standard yang sesuai menjadi penting.
          N non protein dapat diatasi dengan ektraksi sampel di bawah kondisi alkalin kemudian diendapkan dengan tricloroacetic acid atau sulfosalycilyc acid. Pemanasan dapat digunakan untuk membantu pengendapan dengan alkohol,asam atau pelarut organik lain.
          Dalam penentuan nilai gizi protein (protein digestibility atau PER) metode kjeldahl dengan faktor konversi 6,25 dapat digunakan untuk menentukan kandungan protein kasar.
Kualitas Nilai Gizi Protein :
          Kualitas Nilai Gizi Protein ditentukan oleh komposisi AA dan digestibility (daya cerna) protein.
          Antinutrisi dapat mempengaruhi Kualitas Nilai Gizi Protein ex. Tripsin inhibitor
          Beberapa metode uji mutu protein menggunakan  informasi tentang AA essensial dalam makanan
          AA essensial à tidak dapat disintesis tubuh sehingga harus ada dalam diet.
Penentuan Kualitas Protein :
          Protein digestibility-Koreksi Skor Asam Amino
        Menentukan komposisi AA dalam makanan
        Menghitung skor asam amino (mg AA dalam 1 g protein/mg AA dalam 1 g reference protein).
        In vivo à tikus jantan dengan diet standard + 10 % protein atau tanpa protein. Kemudian dihitung True Digestibility
        True digestibility à N yang terserap (N makanan-N feses)/N yang masuk.
        PDCAAS à Skor AA x %true digestibility
        Untuk nutritional labeling (50 g = Daily value for protein à (g protein/serving x PDCAAS value)/50 g protein.

          PER (protein efficiency ratio)
        menguji kualitas protein secara in vivo dengan mengukur pertumbuhan (berat badan) tikus per gram protein yang dikonsumsi
        Menentukan kandungan N sampel kemudian menghitung kandungan proteinnya
        Membuat diet standard +10 % protein dan diet standard +10% casein sebagai kontrol
        Memberi makan dan air minum selama 28 hari secara ad libitum (bebas).
        Catat berat badan tikus awal dan setiap 7 hari sekali sampai hari ke 28
        Catat makanan yang terkonsumsi selama 28 hari.
        Hitung PER menggunakan rata-rata berat badan dan total rata-rata konsumsi.
        Hitung faktor koreksi  à PER protein uji/ PER casein kontrol





0 komentar: